Rabu, 21 Mei 2014

Sekarang

Teruntuk yang menjadi Dewa dalam hatiku,


Akhirnya aku tersenyum lagi. Siapa sangka, dalam banyak ombak di kepala, kamu menjadi pusaranya.
Ada berapa banyak kamu di otakku sehingga untuk memikirkan hal lainpun terasa begitu sesak?
Aku bersembunyi dalam kolong dunia. Malu. Mengapa tak dari dulu aku sadar akan pesonamu?
Ternyata kamu.
Yang tidak takut mendengar hal burukku.
Yang menutup telinga saat yang lain membicarakanku.
Yang memiliki siluet yang indah diantara gambar-gambar mainstream yang ada.
Karena aku sudah terlanjur mencintaimu, seperti cermin yang tak mungkin merubah bayangannya.
Aku ingin terlihat di bola matamu, larut bersama udara dan menjadi nafas hidupmu.

Untuk kali ini aku mengalah, Sayang. Kamu tidak sekedar ada tapi kamu adalah pendamping.
Aku tidak akan membiarkanmu sia-sia.
Tanpa mengurangi rasa cintaku, aku akan melengkapi kurangmu dengan segala yang aku punya.
Aku ingin menjadi kertas hidupmu, yang selalu kau carikan tinta untuk mengisi bagian dariku.
Sungguh disetiap nafas dan hembusannya, kamu selalu ada diantara keduanya.
Bukankah Tuhan telah menyatukan kita dengan diikatkannya tali penghubungmu dengan jiwaku? Agar kita bisa saling menemukan.
Aku tidak akan menjadi bodoh seperti orang sebelum aku, aku akan menemani langkahmu sekalipun harus terlarut dalam jejakmu.
Kamu adalah sekarang. Terbayang-bayang. Yang tersayang. Dan dinantikan pulang.
Aku akan mencintaimu sampai hal yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Bagiku, kamu adalah doa yang dikabulkan Tuhan.