PENDAHULUAN
(minggu ke 1)
PENGERTIAN
ILMU ALAMIAH DASAR
Ilmu alamiah dasar adalah merupakan kumpulan
pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan
teknologi dalam manusia. Ilmu
alamiah atau biasa disebut dengan ilmu pengetahuan (natural science) merupakan
pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam alam semesta termasuk
dimuka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip. Ilmu Alamiah dasar
hanya mengkaji konsep-konsep dan prisip-prinsip dasar yang esensial saja. Tujuan
mempelajari ilmu alamiah dasar dalam intruksional umum adalah agar dapat
memahami perkembangan penalaran manusia terhadap gejala- gejala alam hingga
terwujudnya metode ilmiah yang merupakan ciri khusus dari ilmu pengetahuan
alam, adapun mempelajari ilmu alamiah dasar dalam intruksional khusus adalah
agar dapat menjelaskan perkembangan naluri kehidupan manusia, dapat menjelaskan
perkembnagan alam pikir manusia dalam memenuhi kebutuhan terhadap “rahasia
ingin tahu” nya, serta dapat memberi alasan yang diterima mitos dalam kehidupan
masyarakat. Fungsi
mempelajari ilmu alamiah dasar antara lain adalah memberi wawasan kepada
mahasiswa tentang konsep- konsep alam agar dapat peka dan tanggap terhadap
masalah- masalah alam yang ada serta dapat bertanggung jawab terhadap berbagai
masalah alam didalam masyarakat sebagai the agen of change (agen
perubahan) dan dapat mengembangkan apresiasi IPA dan teknologi kepada mahasiswa
serta dapat mendorong dan mengembangkan kemanfaatan ilmu alamiah dasar (basic
natural science) pada perkembnagan diri, ilmu, dan profesi pada mahasiswa.
PERKEMBANGAN ALAM PIKIRAN MANUSIA
Sifat Unik Manusia
Dibandingkan
dengan makhluk lain, jasmani manusia adalah lemah, sedangkan rohani, akal budi,
dan kemauannya sangat kuat. Manusia tidak mempunyai tanduk, taji, ataupun
sengat, maka untuk membela diri terhadap serangan dari makhluk lain dan untuk
melindungi diri terhadap pengaruh lingkungan yang merugikan, manusia harus
memanfaatkan akal budinya yang cemerlang. Kemauannya yang keras menyebabkan
manusia dapat mengendalikan jasmaninya. Hal ini dapat
menimbulkan efek yang negatif misalnya, manusia dapat mogok makan, dapat
minum-minuman keras sampai mabuk, dan bahkan dapat bunuh diri. Kalau
tubuh mendapat pengaruh yang negatif dari lingkungan, maka timbul reaksi yang
mendorong tubuh supaya melepaskan diri dari lingkungan yang merugikan itu.
Tetapi kemauan keras dapat memaksa tubuh supaya tetap menerima pengaruh yang
negatif itu. Jadi, sifat unik manusia itu adalah akal budi dan kemauannya
menaklukkan jasmaninya.
Rasa Ingin Tahu
Sebenarnya setiap
orang mempunyai rasa ingin tahu, meskipun kekuatan atau intensitasnya tidak
semua sama, sedangkan bidang minatnyapun berbeda-beda. Rasa ingin tahu inilah
yang dapat diperkuat ataupun diperlemah oleh lingkungan. Rasa ingin tahu yang
terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu menimbulkan perbendaharaan
pengetahuan pada manusia itu sendiri.
MITOS, PENALARAN, DAN CARA MEMPEROLEH PENGETAHUAN
A. Mitos
Menurut C.A. van
Peursen, mitos adalah suatu cerita yang memberikan pedoman atau arah tertentu
kepada sekelompok orang. Cerita itu dapat ditularkan, dapat pula diungkapkan
lewat tari-tarian atau pementasan wayang, dan sebagainya. Inti cerita adalah
lambang-lambang yang mencetuskan pengalaman manusia beserta lambang kejahatan
dan kebaikan, kehidupan dan kematian, dosa dan penyucian, juga perkawinan dan
kesuburan.
Menurut A. Comte,
bahwa dalam sejarah perkembangan manusia itu ada tiga tahap, yaitu:
1. Tahap teologi atau tahap metafisika
Dalam tahap
teologi atau tahap metafisika, manusia menyusun mitos atau dongeng untuk
mengenal realita atau kenyataan, yaitu pengetahuan yang tidak obyektif,
melainkan subyektif. Mitos ini diciptakan untuk memuaskan rasa ingin tahu
manusia. Pada tahap teologi ini manusia menemukan identitas dirinya.
2. Tahap filsafat
Menurut A. Comte, dalam perkembangan manusia sesudah
tahap mitos, manusia berkembang dalam tahap filsafat. Pada tahap filsafat,
rasio sudah terbentuk, tetapi belum ditemukan metode berpikir secara obyektif.
Rasio sudah mulai dioperasikan, tetapi kurang obyektif. Berbeda dengan pada
tahap teologi, pada tahap filsafat ini manusia mencoba mempergunakan rasionya
untuk memahami obyek secara dangkal, tetapi obyek belum dimasuki secara
metodologis yang definitif.
3. Tahap positif atau tahap ilmu
B. Penalaran Deduktif (rasionalisme)
Penalaran deduktif ini
pertama-tama harus mulai dengan pernyataan yang sudah pasti kebenarannya.
Aksioma dasar ini yang dipakai untuk membangun sistem pemikirannya, diturunkan
atau berasal dari idea yang menurut anggapannya jelas, tegas, dan pasti dalam
pikiran manusia. Dengan penalaran deduktif ini dapat diperoleh bermacam-macam
pengetahuan mengenai sesuatu obyek tertentu tanpa ada kesepakatan yang dapat
diterima oleh semua pihak. Di samping itu juga terdapat kesulitan untuk
menerapkan konsep rasional kepada kehidupan praktis.
C. Penalaran Induktif (empirisme)
Pengetahuan yang
diperoleh berdasarkan penalaran deduktif ternyata mempunyai kelemahan, maka
muncullah pandangan lain yang berdasarkan pengalaman konkret. Mereka yang
mengembangkan pengetahuan berdasarkan pengalaman konkret disebut penganut
empirisme. Paham empirisme menganggap bahwa pengetahuan yang benar
ialah pengetahuan yang diperoleh langsung dari pengalaman konkret.
Penganut
empirisme menyusun pengetahuan dengan menggunakan penalaran induktif. Penalaran
induktif adalah cara berpikir dengan menarik kesimpulan umum dari pengamatan,
atas gejala-gejala yang bersifat khusus. Misalnya, pada pengamatan atas logam
besi, tembaga, aluminium, dan sebagainya, jika dipanasi ternyata menunjukkan
bertambah panjang. Dari uraian di
atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang diperoleh hanya dengan penalaran
deduktif tidak dapat diandalkan karena bersifat abstrak dan lepas dari
pengalaman. Demikian pula dengan pengetahuan yang diperoleh hanya dari
penalaran induktif juga tidak dapat diandalkan karena kelemahan pancaindera.
Karena itu himpunan pengetahuan yang diperoleh belum dapat disebut ilmu
pengetahuan.
METODE
ILMIAH
Metode ilmiah
atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan
secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuan melakukan pengamatan serta
membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam prediksi
yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut kemudian diuji dengan melakukan
eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali- kali, maka hipotesis
tersebut bisa menjadi suatu teori ilmiah.
Berpikir secara
rasional dan berpikir secara empiris membentuk dua kutub yang saling
bertentangan. Kedua belah pihak, masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangannya. Gabungan antara dua pendekatan rasional dan pendekatan empiris
dinamakan metode ilmiah. Rasionalisme memberi kerangka pemikiran yang koheren
dan logis, sedangkan empirisme dalam memastikan kebenarannya memberikan
kerangka pengujiannya. Dengan demikian, maka pengetahuan yang dihasilkan yaitu
pengetahuan yang konsisten dan sistematis serta dapat diandalkan, karena telah
diuji secara empiris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar