Sabtu, 09 Februari 2013

Berapa banyak kata yg mampu terucap jika pilu yang kau buat mampu membuat bibirku kelu?
Apakah kau sadar bagaimana menjadi seorang pejuang? Mempertahankan serpihan-serpihan kecil yang menusuk untuk di tata kembali. Kau kira itu mudah? Menangis tanpa air mata dihadapanmu. Apa kau sadar dalam senyumku terdapat isyarat 'mengertilah'?
Kau tidak mengerti bagaimana bersimpuh dengan dewa cinta untuk menyulam apa yang telah hancur.
Apa pernah kau tau apa alasanku untuk berjuang?
Lalu kau mudah saja menganggap aku bukan apa-apa. Sebening itukan usahaku sampai kau tidak mampu melihatnya, atau memang kesengajaanmu tidak peduli dengan semuanya?
Lalu kau dengan mudah mengungkit apa yang telah kau berikan? Apa itu?!! Berjuangkah? Atau rasa pamrih??
Tuhan memang adil, yang kuatlah yang berjuang, tapi ada di rumus mana bahwa hanya yang kuat yang boleh berjuang? Lalu kemudian kau duduk bersantai dalam singgasana mu melihatku berjuang dengan mengorbankan segala kebahagiaan yang aku punya hanya demi seseorang yang aku panggil 'cinta sejati' itu. Dimanakah nuranimu?
Coba lihat kedalam mataku, bukankah penuh awan indah untukmu? Bukan..Bukan.. Bukan mendung.. Tapi coba kau tilik kembali, adakah pelangi sesudahnya?
Aku menangis dalam hujan, dan kau kemudian bertanya mengapa aku berada di tengah derasnya hujan? Kau ingin tau apa alasannya? Karena aku tidak ingin kau melihat air mataku, biar mengalir bersama air hujan. Aku hanya tidak ingin dikasihani.
Aku tidak perduli apa yang mereka ceritakan tentang 'perjuangan bersama'. Aku tidak iri dengan mereka. Sama sekali tidak! :) Jika kamu tidak mau melakukan itu tidak apa :') Aku ikhlas bagaimana menutup mataku, merasakan beratnya berjuang sendiri. lalu membayangkanmu. Itu semua indah dalam pengorbanan.
Beberapa orang tidak memakai logikanya dalam berjuang, bersimpuh darah agar yg lainnya tetap putih.
Kita tidak pernah merasakan terjatuh bersama agar kita mengerti bagaimana rasanya terjatuh sakit dan kau yg berdiri menolongnya. Mungkin. Terkadang kau lakukan itu, tetapi tidak jarang kau berlari meninggalkanku hingga aku harus bangkit dengan terbata untuk mengejarmu kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar