"Tenang saja, aku tidak akan pergi selama kamu masih menginginkan air mataku..."
Pagi datang kembali, aku kira apa yang terjadi semalam hanya mimpi.
Aku baca ulang pesan-pesanmu, perdebatan kita semalam. Tidak tahu apa rasa yang ada, seperti merobek luka yang masih baru. Teramat sakit.
Aku coba menyingkirkannya dari ingatanku tapi selalu muncul kembali. Tanpa maaf, tanpa permisi kamu datang kembali seakan semalam tidak terjadi apa-apa. Memiliki daya apa aku? Hanya mencintaimu dengan tulus tanpa peduli kamu caci maki berkali-kali. Hanya menyayangimu dengan seonggoh kekuatan yang ku punya tanpa peduli kamu pandang aku hina.
Dan untuk kesekian kalinya persinggahan maaf kembali menjadikanmu raja didalamnya. Bodohkah aku? Atau cinta memang selayaknya begitu?
Malam ini, tepat satu malam setelah kejadian itu. Aku mengirimkan pesan untuk venusku, dan dia kembali muncul malam ini. Tanpa bintang lainnya, hanya sendiri dengan sinar yang paling terang untuk menghiburku; terlihat sangat kontras diantara awan gelap. Aku buka ponselku, ku lihat foto kita berdua. Otakku menerka-nerka, bagaimana bisa pria yang tersenyum lugu dalam foto ini merobek hatiku dan merekatkannya kembali? Memberi garis yang permanen dalam tiap hariku? Apa dia seorang malaikat?
Kamu kembali dingin hari ini. Tanpa sebab. Tanpa mengerti apa salahku. Pesan singkatku hanya kamu baca.
"Tuhan, ku mohon aku tidak mau melewati malam itu lagi" bisikku pada Tuhan.
Tidak sadarkah kamu ada seseorang yang melihat ponselnya berkali-kali hanya untuk menunggu balasan darimu?
Tidak sadarkah kamu ada orang yang gelisah jika kamu tidak memberinya kabar?
Tidakkah kamu merasa beruntung ada seseorang yang mencintaimu melebihi apa yang pernah dia rasakan sebelumnya?
Banggakah kamu dengan sifat acuhmu itu?
Tenang saja, aku tidak akan pergi selama kamu masih menginginkan air mataku.
"Aku mencintamu... Sangat mencintamu"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar