Nama: Eva Jayanti Ruspita
Kelas: 2PA08
NPM: 12512573
ARTI STRESS MENURUT TOKOH
W.E Maramis (dalam Andry Hakim, 2010) stress adalah segala
masalah atau tuntutan penyesuaian diri, sedangkan menurut J.P Chaplin (2006),
Stress adalah suatu kadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis, hal
ini dilengkapi Jordans, M. J. D. (2001) Definisi Stres adalah respon tubuh
terhadap situasi yang menuntut, mengancam atau ada hambatan. Seseorang kemudian
bereaksi dengan cara melindungi diri atau menghindari situasi tersebut.
Stress menurut Hans Selye 1976 merupakan respon tubuh yang
bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan stress apabila seseorang
mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat
mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak
mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stress.
Respons atau tindakan ini termasuk respons fisiologis dan psikologis.
Menurut Robbins (2001:563) stress juga dapat diartikan
sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai
suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan
atau penghalang.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres
Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut
stressors. Meskipun stress dapat diakibatkan oleh hanya satu stressors,
biasanya karyawan mengalami stress karena kombinasi stressors.
Menurut Robbins (2001) ada tiga sumber utama yang dapat
menyebabkan timbulnya stress yaitu :
1. Faktor
Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan
pengaruh pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan.
Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress bagi
karyawan yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat
karena adanya penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang
mengalami ancaman terkena stress. Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan
teknologi yang begitu cepat. Perubahan yang baru terhadap teknologi akan
membuat keahlian seseorang dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua
pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan
adanya teknologi yang digunakannya.
2. Faktor
Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan
stress yaitu role demands, interpersonal demands, organizational structure dan
organizational leadership.
3. Faktor
Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari
dalam keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari
keturunan. Hubungan pribadi antara keluarga yang kurang baik akan menimbulkan
akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa
dalam pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana
seseorang tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan
keluarga serta dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya.
Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang
dapat menimbulkan stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh
seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala stress yang timbul pada
tiap-tiap pekerjaan harus diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang.
KOPING (COPING) STRESS
Pengertian dan Jenis Koping
Sesuai dengan definisi stres yang telah disebutkan pada
tulisan sebelumnya, ada suatu definisi yang terkenal dari Lazarus & Folkman
pada tahun 1984 (Cohen, & Lazarus, 1983, Lazarus & Folkman, 1984;
Sarafino, 1990; Taylor, 1991) menggambarkan coping sebagai berikut:
“… Suatu Proses di mana individu mencoba untuk mengelola
jarak yang ada antara tuntutan – tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari
individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber – sumber
daya yang mereka gunkan dalam menghadapi stressful …”
Secara umum, stress dapat diatasi dengan melakukan transaksi
dengan lingkungan di mana hubungan transaksi ini merupakan suatu proses yang
dinamis.
Emotion focused coping, digunakan untuk mengatur respon
emosional terhadap stress
Problem focused coping, Untuk mengurangi stressor, individu
akan mengatasi dengan mempelajari cara – cara atau keterampilan – keterampilan
yang baru
Koping psiko-sosial
Yang biasa dilakukan individu dalam koping psiko-sosial
adalah, menyerang, menarik diri dan kompromi.
1. Perilaku
menyerang
Individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan
dalam rangka mempertahan integritas pribadinya. Prilaku yang ditampilkan dapat
merupakan tindakan konstruktif maupun destruktif. Destruktif yaitu tindakan
agresif (menyerang) terhadap sasaran atau objek dapat berupa benda, barang atau
orang atau bahkan terhadap dirinya sendiri. Sedangkan sikap bermusuhan yang
ditampilkan adalah berupa rasa benci, dendam dan marah yang memanjang.
Sedangkan tindakan konstruktif adalah upaya individu dalam menyelesaikan
masalah secara asertif. Yaitu mengungkapkan dengan kata-kata terhadap rasa
ketidak senangannya.
2. Perilaku
menarik diri
Menarik diri adalah prilaku yang menunjukkan pengasingan
diri dari lingkungan dan orang lain, jadi secara fisik dan psikologis individu
secara sadar meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stressor misalnya ;
individu melarikan diri dari sumber stress, menjauhi sumber beracun, polusi,
dan sumber infeksi. Sedangkan reaksi psikologis individu menampilkan diri
seperti apatis, pendam dan munculnya perasaan tidak berminat yang menetap pada
individu.
3. Kompromi
Kompromi adalah merupakan tindakan konstruktif yang
dilakukan oleh individu untuk menyelesaikan masalah, lazimnya kompromi
dilakukan dengan cara bermusyawarah atau negosiasi untuk menyelesaikan masalah
yang sedang sihadapi, secara umum kompromi dapat mengurangi ketegangan dan
masalah dapat diselesaikan.
Kaitan antara koping dengan mekanisme pertahanan diri
(defense mechanism), ada ahli yang melihat defense mechanism sebagai salah satu
jenis koping (Lazarus, 1976). Ahli lain melihat antara koping dan mekanisme
pertahanan diri sebagai dua hal yang berbeda. (Harber dan Runyon, 1984).
· Lazarus
membagi koping menjadi dua jenis yaitu:
1. Tindakan
langsung (direct Action)
Koping jenis ini adalah setiap usaha tingkah laku yang
dijalankan ole individu untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau
tantangan dengan cara mengubah hubungan hubunngan yang bermasalah dengan
lingkungan. Individu menjalankan koping jenis direct action atau tindakan
langsung bila dia melakukan perubahan posisi terhadap masalah yang dialami.
Ada 4 macam koping jenis tindakan langsung :
a. Mempersiapkan
diri untuk menghadapi luka
Individu melakukan langkah aktif dan antisipatif (bereaksi)
untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya dengan cara menempatkan diri secara
langsung pada keadaan yang mengancam dan melakukan aksi yang sesuai dengan
bahaya tersebut. Misalnya, dalam rangka menghadapi ujian, Tono lalu
mempersiapkan diri dengan mulai belajar sedikit demi sedikit tiap-tiap mata
kuliah yang diambilnya, sebulan sebelum ujian dimulai. Ini dia lakukan supaya
prestasinya baik disbanding dengan semester sebelumnya, karena dia hanya
mempersiapkan diri menjelang ujian saja. Contoh dari koping jenis ini lainnya
adalah imunisasi. Imunisasi merupakan tindakan yang dilakukan oleh orang tua
supaya anak mereka menjadi lebih kebal terhadap kemungkinan mengalami penyakit
tertentu.
b. Agresi
Agresi adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dengan
menyerang agen yang dinilai mengancam atau akan melukai. Agresi dilakukan bila
individu merasa atau menilai dirinya lebih kuat atau berkuasa terhadap agen
yang mengancam tersebut. Misalnya, tindakan penggusuran yang dilakuakan oleh
pemerintah Jakarta terhadap penduduk yang berada dipemukiman kumuh. Tindakan
tersebut bias dilakukan karena pemerintah memilki kekuasaan yang lebih besar
disbanding dengan penduduk setempat yang digusur.
Agresi juga sering dikatakan sebagai kemarahan yang
meluap-luap, dan orang yang melalakukan serangan secara kasar, dengan jalan
yang tidak wajar. Karena orang selalu gagal dalam usahanya, reaksinya sangat
primitive, berupa kemarahan dan luapan emosi kemarahan dan luapan emosi kemarahan
yang meledak-meledak. Kadang-kadang disertai prilaku kegilaan, tindak sadis,
dan usaha membunuh orang.
Agresi ialah seseperti reaksi terhadap frustasi, berupa
seranngan, tingkah laku bermusuhan terhadap orang atau benda.
Kemarahan-kemarahan semacam ini pasti menggangu frustasi
intelegensi, sehingga harga diri orang yang bersangkutan jadi merosot
disebabkan oleh tingkah lakunya yang agresif berlebih-lebihan tadi. Seperti
tingkah laku yang suka mentolerir orang lain, berlaku sewenang-wenang dan sadis
terhadap pihak-pihak yang lemah, dan lain-lain.
c. Penghindaran
(Avoidance)
Tindakan ini terjadi bila agen yang mengancam dinilai lebih
berkuasa dan berbahaya sehingga individu memilih cara menghindari atau
melarikan diri dari situasi yang mengancam. Misalnya, penduduk yang melarikan
diri dari rumah-rumah mereka karena takut akan menjadi korban pada
daerah-daerah konflik seperti aceh.
d. Apati
Jenis koping ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati
dilakukan dengan cara individu yang bersangkutan tidak bergerak dan menerima
begitu saja agen yang melukai dan tidak ada usaha apa-apa untuk melawan ataupun
melarikan diri dari situasi yang mengancam tersebut. Misalnya, pada kerusuhan
Mei. Orang-orang Cina yang menjadi korban umumnya tutup mulut, tidak melawan
dan berlaku pasrah terhadap kejadian biadab yang menimpa mereka. Pola apati
terjadi bila tindakan baik tindakan mempersiapkan diri menghadapi luka, agresi
maupun advoidance sudah tidak memungkinkan lagi dan situasinya terjadi
berulang-ulang. Dalam kasus diatas, orang-orang cina sering kali dan
berulangkali menjadi korban ketika terjadi kerusuhan sehingga menimbilkan
reaksi apati dikalangan mereka.
2. Peredaan atau
peringatan (palliation)
Jenis koping ini mengacu pada mengurangi, menghilangkan dan
menoleransi tekanan-tekanan ketubuhan atau fisik, motorik atau gambaran afeksi
dan tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah. Atau bisa
diartikan bahwa bila individu menggunakan koping jenis ini, posisinya dengan
masalah relatif tidak berubah, yang berubah adalah diri individu, yaitu dengan
cara merubah persepsi atau reaksi emosinya.
· Ada 2 jenis
koping peredaan atau palliation:
a. Diarahkan pada
gejala (Symptom Directid Modes)
Macam koping ini digunakan bila gangguan muncul dari diri
individu, kemudian individu melakukan tindakan dengan cara mengurangi gangguan
yang berhubungan dengan emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan atau ancaman
tersebut. Penggunaan obat-obatan terlarang, narkotika, merokok, alcohol
merupakan bentuk koping dengan cara diarahkan pada gejala. Namun tidak
selamanya cara ini bersifat negative. Melakukan relaksasi, meditasi atau berdoa
untuk mengatasi ketegangan juga tergolong kedalam symptom directed modes tetapt
bersifat positif.
b. Cara intra
psikis
Koping jenis peredaan dengan cara intrapsikis adalah
cara-cara yang menggunakan perlengkapan-perlengkapan psikologis kita, yang
biasa dikenal dengan istilah Defense Mechanism (mekanisme pertahanan diri).
Disebut sebagai defence mechanism atau mekanisme pembelaan
diri, karena individu yang bersangkutan selalu mencoba mengelak dan membela
diri dari kelemahan atau kekerdilan sendiri dan mencoba mempertahankan harga
dirinya: yaitu dengan jalan mengemukakan bermacam-macam dalih atau alasan.
Jenis – Jenis Koping yang Konstruktif dan Positif
KOPING KONSTRUKTIF/MERUSAK :
1.Penalaran (Reasoning)
Yaitu penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi
berbagai macam alternatif pemecahan masalah dan kemudian memilih salah satu
alternatif yang dianggap paling menguntungkan.
2. Objektifitas
Yaitu kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen
emosional dan logis dalam pemikiran, penalaran maupun tingkah laku. Kemampuan
ini juga meliputi kemampuan untuk membedakan antara pikiran-pikiran yang
berhubungan dengan persoalan yang tidak berkaitan.
3. Konsentrasi
Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada
persoalan yang sedang dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu untuk
terhindar dari pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan
persoalan yang sedang dihadapi.
4. Humor
Yaitu kemampuan untuk melihat segi yang lucu dari persoalan
yang sedang dihadapi, sehingga perspektif persoalan tersebut menjadi lebih
luas, terang dan tidak dirasa sebagai menekan lagi ketika dihadapi dengan
humor.
5. Supresi
Yaitu kemampuan untuk menekan reaksi yang mendadak terhadap
situasi yang ada sehingga memberikan cukup waktu untuk lebih menyadari dan
memberikan reaksi yang lebih konstruktif.
6. Toleransi terhadap Kedwiartian atau Ambiguitas
Yaitu kemampuan untuk memahami bahwa banyak hal dalam
kehidupan yang bersifat tidak jelas dan oleh karenanya perlu memberikan ruang
bagi ketidak jelasan tersebut.
7. Empati
Yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu dari pandangan orang
lain. Empati juga mencakup kemampuan untuk menghayati dan merasakan apa yang
dihayati dan dirasakan oleh orang lain.
KOPING POSITIF ( SEHAT)
1. Antisipasi
Antisipasi berkaitan dengan kesiapan mental individu untuk
menerima suatu perangsang. Ketika individu berhadap dengan konflik-konflik
emosional atau pemicu stres baik dari dalam maupun dari luar, dia mampu
mengantisipasi akibat-akibat dari konflik atau stres tersebut dengan cara
menyediakan alternatif respon atau solusi yang paling sesuai.
2. Afiliasi
Afiliasi berhubungan dengan kebutuhan untuk berhubungan atau
bersatu dengan orang lain dan bersahabat dengan mereka. Afiliasi membantu
individu pada saat menghadapi konflik baik dari dalam dan luar, dia mampu
mencari sumber- sumber dari orang lain untuk mendapatkan dukungan dan
pertolongan.
3. Altruisme
Altruisme merupakan salah satu bentuk koping dengan cara
mementingkan kepentingan orang lain. Konflik-konflik yang memicu timbulnya
stres baik dari dalam maupun dari luar diri dialihkan dengan melakukan
pengabdian pada kebutuhan orang lain.
4. Penegasan diri (self assertion)
Individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi
pemicu stres dengan cara mengekspresikan perasaan-perasaan dan
pikiran-pikirannya secara lengsung tetapi dengan cara yang tidak memaksa atau
memanipulasi orang lain.
5. Pengamatan diri (Self observation)
Pengamatan diri sejajar dengan introspeksi, yaitu individu
melakukan pengujian secara objektif proses-proses kesadaran diri atau
mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku, motif, ciri, sifat sendiri, dan
seterusnya untuk mendapatkan pemahaman mengenai diri sendiri yang semakin
mendalam.
Sumber:
http://dedeh89-psikologi.blogspot.com/2013/04/pengertian-stress.html
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan, dan
Perkembangannya. Yogyakarta: Andi Sunaryo. 2002.
Halgin, R.P., Whitbourne, S.K. 2010. Psikologi abnormal.
Jakarta: Salemba Humanika
Anonim. 1999. Manajemen stres. Jakarta: Buku Kedokteran EGC